A. Definisi Kawasan
Teknologi Pembelajaran
Definisi 1994 dibuat
dengan memasukkan lima kawasan yang menjadi perhatian para ahli teknologi
pembelajaran: Perancangan, Pengembangan, Penggunaan, Pengelilaan, Pengevaluasian.
B. Peranan Kawasan
1. Fungsi Kawasan
Untuk
menyempurnakantugas mendefinisikan bidang ini, harus dikembangkan alat untuk
mengidentifikasi dan mengorganisasikan hubungan yang timbul dari teori dan
praktik. Taksonomi, atau penggolongan, sering digunakan untuk menyederhanakan
hubungan itu (Carrie & Sales, 1987; Knezek, Rachlin & Scannel, 1988;
Kozma & Bangert- Downs, 1987). Taksonomi adalah penggolongan berdasarkan
hubungan. Di dalam buku klasiknya Taksonomi
of Educational Objectives: Cognitive Domain, Benjamin Bloom, taksonomi:
1)
Tidak boleh mempunyai unsur sembarangan.
2)
Harus ada kesamaannya dengan gejala nyata yang
digambarkan oleh istilah itu.
3)
Harus disahihkan melalui kecocokannya dengan
pandangan teori di bidang itu.
“Tujuan utama dalam
pembuatan taksonomi adalah untuk memudahkan komunikasi, tugas utama dalam
menyusun taksonomi apapun ialah memilih simbol yang cocok, memberinya definisi
yang tepat dan berguna, dan mengadakan konsensus tentang kelompok yang harus
menggunakannya (Bloom, h.10-11)”
Fleisman dan Quantance (1984)
menyimpulkan beberapa keuntungan potensial dari pengembangan Taksonomi performa
manusia:
·
Membantu dalam melakukan tinjauan kepustakaan
·
Menciptakan kemampuan menghasilkan tugas-tugas baru
·
Menampakkan kekosongan dalam ilmu pengetahuan dengan
menjabarkan kategori dan subkategorinya, memperlihatkan
kelemahan dalam penelitian, dan meningkatkan pembahasan dan mengevaluasian
teori.
·
Membantu dalam pengembangan teori dengan
mengevaluasi sejauh mana keberhasilan teori mengorganisasikan data pengamatan
yang dihasilkan oleh penelitian di bidang teknologi.
Definis tahun 1977 untuk bidang
pembelajaran (AECT, 1977) menunjukkan bahwa fungsi yang dilakukan pada komponen
sistem pembelajaran ialah fungsi pengelolaan pembelajaran dan fungsi pengembangan
pembelajaran. Ronald L.Jacobs (1988) juga mengemukakan kawasan teknologi
performa manusia yang mencakup teori dan praktik dan mengenalkan fungsi yang
harus dilakukan oleh praktisi.
C. Hubungan Antara
Kawasan-Kawasan
Peneliti dapat
berkonsentrasi pada satu kawasan, akan tetapi praktisi harus melakukan fungsi
dalam beberapa kawasan atau semuanya. Walaupun peneliti dapat memusatkan perhatiannya
pada satu kawasan atau pada satu bidang kajian dalam kawasan itu, mereka
mengambil teori dan praktek dari kawasan – kawasan lain. Hubungan antar kawasan
itu berifat saling menambah. Sebagai contoh, praktik yang bekerja pada pada
kawasan pengembangan menggunakan teori dari kawasan perancangan, seperti teori
perancangan sistem pembelajaran dan teori perancangan pesan. Praktisi yang
bekerja pada kawasan perancangan menggunakan teori tentang karakteristik media
dari kawasan pengembangan dan penggunaan dan teori tentang analisis masalah dan
pengukuran dari kawansan pengevaluasian.
D. Deskripsi
Kawasan
1. Kawasan Perancangan
Pada
kawasan ini ada beberapa katalisator yaitu:
1) Tulisan B.F
Skinner pada tahun 1954 yang berjudul “The
Science of learning and the of learning and the Art of Teaching” dan
teorinya tentang pembelajaran berprogram.
2)
Buku Herbert Simon pada tahun 1969 yang berjudul “The science of the Artificial” yang
membahas ciri-ciri umum dari ilmu perancangan yang bersifat menentukan.
3) Berdirinya
pusat untuk perancangan bahan dan program pembelajaran pada tahun 1960an,
seperti Pusat Sumber Belajar dan Pengembangan di Universitas Pittsburgh.
Pendekatan sistem
menimbulkan gerakan desain sistem pembelajaran sebagaimana yang dicontohkan
dengan proses pengembangan pembelajaran yang digunakan pada pendidikan tinggi
di tahun 1970an (Gustafson & Bratton,1984). Minat dalam perancangan pesan
juga berkembang pada akhir 1960an dan awal 1970an. Kerjasama Robert Gagne dan
Leslie Briggs di American Institutes for Research pada tahun 1960an dan di
Florida State University pada tahun 1970an membaurkan keahlian psikologis
pembelajaran dengan bakat perancangan pembelajaran (Gagne.1965; Briggs, 1977;
Briggs, Campeau, Gagne, & May, 1967; Gagne, 1989; Gagne & Briggs,1974 )
.
Kadang-kadang kawasan
perancangan membingungkan dengan kawasan pengembangan, atau bahkan dengan
pengertian pembelajaran sendiri yang lebih luas, akan tetapi definisi ini
membatasi perancangan pada fungsi perencanaan, namun perancanaan pada tingkatan
mikro dan makro.
Teori perencanaan
lebih banyak dikembangkan dibandingkan dengan kawasan lain di bidang Teknologi
Pembelajaran yang banyak mengandalkan tradisi praktek untuk membentuk dasar
pengetahuannya. Perancangan merupakan proses penentuan kondisi untuk
belajar.Tujuan perancangan ialah untuk menghasilkan strategi dan produk pada
tingkatan makro, seperti program dan kurikulum dan pada tingkatan mikro,
seperti pembelajaran dan modul. Definisi ini sesuai dengan definisi perancangan
yang berlaku sekaraang yaitu mengacu pada pembuatan rincian (Ellington &
Harris, 1986; Reigeluth, 1983; Richey, 1986). Perbedaanya dengan definisi
terdahulu ialah penekanannya pada kondisi untuk belajar, bukan pada komponen
sistem pembelajaran (Wallington, dkk,1970). Jadi ruang lingkup perancangan
pembelajaran diperluas dari sumber belajar atau bagian sistem ke sistem dan
lingkungan Tessmer (1990) menganalisis faktor, permasalahan, alat yang
digunakan untuk merancang lingkungan.
Kawasan perancangan
terbagi atas :
1)
Rancangan Sistem Pembelajaran
Rancangan
Sistem Pembelajaran (RSP) ialah prosedur terorganisasi yang mencakup tahap menganalisisan,
perancangan, pengembangan, pelaksanaan dan pengevaluasian pembelajaran.
2)
Rancangan Pesan
Rancangan
pesan mencangkup “perencanaan untuk pengubah bentuk fisik pesan” (Grabowski,
1991, h. 206). Rancangan pesan melibatkan asas perhatian, persepsi, dan ingatan
yang menentukan perincian bentuk fisik pesan yang akan dikomunikasikan antara
penerima dan pengirim. Fleming dan Levie (1993) membatasi pesan pada pola tanda
atau simbol yang dapat memodifikasi prilaku kognitif, efektif, psikomotor. Rancangan
pesan berhubungan dengan rancangan tingkatan paling mikro melalui unit-unit
kecil seperti pengamatan visual, urutan, halaman, dan layar. Ciri lain dari
rancangan pesan ialah rancangan harus spesifik untuk media maupun untuk tugas.
3)
Strategi Pembelajaran
Strategi
pembelajaran ialah spesifikasi untuk pemilihan dan pengurutan peristiwa dan
kegiatan dalam pembelajaran. Model pembelajaran dan strategi pembelajaran yang
seharusnya di pakai untuk melaksanakan model tersebut berbeda-beda tergantung
pada situasi belajar, bentuk isi pembelajaran, dan tipe belajar yang dikehendaki (Joyce & Weil, 1972;
Merril, Tennyson & Posey, 1992; Reigeluth,1987a). Teori Strategi
pembelajaran mencakup situasi belajar, seperti belajar secara induktif atau
berdasarkan situasi, dan komponen proses belajar mengajar, seperti belajar
secara induktif atau berdasarkan situasi, dan komponen proses belajar mengajar,
seperti motivasi dan elaborasi (Reigeluth,1987b).
4)
Karakteristik Pebelajar
Karakteristik
pebelajar ialah bagian latar belakang pengalaman mereka yang berdampak terhadap
keberhasilan proses belajar. Penelitian tentang karakteristik pebelajar sering
tumpang tindih dengan penelitian tentang strategi pembelajaran, namun dilakukan
untuk tujuan berbeda yaitu untuk mendeskripsikan aspek pembelajaran yang perlu
diperhitungkan dalam perancangan. Karakteristik pebelajar berinteraksi tidak
hanya dengan strategi pembelajaran, melainkan juga dengan situasi dan isi
pembelajaran (Bloom,1976; Richey, 1992).
5)
Kecendrungan dan Permasalahan
Kecendrungan
dan permasalahan pada kawasan perancangan menumpuk di sekitar penggunaan model rancangan
sistem pembelajaran (RSP) tradisional, penerapan teori belajar pada rancangan,
dan dampak teknologi baru terhadap proses perancangan. Dick (1993) menyokong
penggunaan RSP yang telah diperbaharui dengan memasukkan unsur pendekatan
teknologi performa, berusaha memperpendek wakru siklus RSP yang khas, dan
memberikan lebih banyak penekanan pada sistem pendukung performa elektro.
Ada yang mengehendaki pengujian yang lebih
menyeluruh atas keterpakaian prosedur RSP yang baku digunakan di sekolah dalam
merencanakan pembelajaran untuk pengembangan staf bagi guru dan staf
administrasi (Gustafson, 1993; Martin & Clemente, 1990; Richey &
Sikroski, 1993).
2. Kawasan Pengembangan
Pengemabangan
ialah proses penerjemahan rincian rancangan ke dalam bentuk fisik. Kawasan
pengembangan mencangkup berbagai jenis teknologi yang digunakan dalam
pembelajaran. Namun demikian, pengembangan tidak terlepas dari teori dan
praktik yang berhubungan dengan belajar dan perancangan, dan fungsinya tidak
terlepas dari pengevaluasian, pengelolaan, penggunaan.
Didalam
kawasan pengembangan, terdapat saling ketrhubungan yang rumit antara teknologi
dan teori yang mendukung rancangan pesan dan strategi pembelajaran, pada
dasarnya kawasan pengembangan itu dapat dideskripsikan dengan:
·
Pesan yang didukung oleh isi.
·
Strategi Pembelajaran yang didukung oleh teori
·
Perwujudan fisik teknologi yaitu perangkat kersa,
perangkat lunak, materi pembelajaran .
Kawasan pengembangan
terdiri atas:
1)
Teknologi Cetak
Teknologi
cetak ialah cara memproduksi atau menyajikan bahan, seperti buku dan bahan
pandang diam lain, terutama melalui proses pencetakan dengan mesin atau foto.
Subkategoriini meliputi penyajian dan memproduksian kembali foto, grafis, dan
teks.
Secara
rinci, ciri teknologi cetak dan teknologi visual adalah sebagai berikut:
·
Teks dibaca secara linear, sedangkan visual dibaca
sekilas dan tidak linear.
·
Keduanya biasanya memberikan komunikasi satu arah,
yaitu menerima saja.
·
Pengembangannya sangat tergantung pada asas
linguistik dan dipersepsi melalui penglihatan.
·
Keduanya beriorentasi pada pebelajar.
·
Informasi dapat diatur dan diubah strukturnya oleh
pemakai.
2)
Teknologi Audio Visual
Teknologi Audio visual ialah cara
untuk memproduksi atau menyampaikan bahan dengan menggunakan mesin elektronik
dan mekanik untuk menyajikan pesan audio dan visual.
Secara rinci, teknologi
Audio-visual cenderung mempunyai ciri sebagai berikut:
·
Biasanya bersifat linear
·
Biasanya menampilkan bahan visual secara dinamis
·
Digunakan khusus seperti cara yang telah ditetapkan
sebelumnya oleh perancang atau pengembang
·
Dikembangkan berdasarkan asas psikologi kognitif dan
prilaku
·
Sering berpusat pada guru dan keterlibatan pebelajar
dalam interaksi tidak banyak.
3)
Teknologi Berbasis Komputer
Teknologi
Berbasis Komputer ialah cara memproduksi dan menyajikan bahan dengan
menggunakan sumber daya berbasis mikroprosesor.
Penerapan
teknologi komputer hampir semuanya dikembangkan langsung dari teori prilaku dan
pembelajaran berprogram, akan tetapi sekarang lebih banyak berdasarkan teori
kognitif (Jonnassen, 1988). Secara rinci keempat jenis penerapan teknologi
komputer itu adalah :
1)
Tutorial, dilakukan setelah pembelajaran utama
dilakukan.
2)
Drill dan latihan, yang membantu pebelajar untuk
lebih menguasai bahan yang dipelajari
sebelumnya.
3)
Permainan dan simulasi, yang memberikan kesempatan
untuk menggunakan pengetahuan baru.
4)
Database yang memungkinkan pebelajar menerima
struktur data.
Teknologi berbasis
komputer, perangkat keras dan perangkat lunak, pada umumnya mempunyai ciri
sebagai berikut:
·
Dapat dipakai secara rambang atau tidak berurutan dan dapat juga secara linear
atau berurutan.
·
Dapat digunakan menurut keinginan pebelajar, dan
juga menurut yang direncanakanperancang atau pengembang.
·
Gagasan biasanya disajikan secara abstrak dengan
kata, simbol dan grafis.
·
Asas teori kognitif diterapkan dalam pengembangan
·
Belajar dapat berpusat pada pebelajar dan
keterlibatan mereka dalam interaksi cukup tinggi.
4)
Teknologi Terpadu
Teknologi
Terpadu ialah cara untuk memproduksi dan menyajikan gahan dengan menggunakan
beberapa bentuk media yang dikendalikan dengan komputer. Ciri utama dari
teknologi ini adalah kegiatan interaksi pebelajar cukup tinggi dengan berbagai
sumber informasi. Ciri lainnya sebagai berikut:
·
Dapat digunakan secara rambang, tidak berurutan,
ataupun tidak secara linear
·
Dapat diguanakan menurut keinginan pebelajar, tidak
hanya menurut cara yang direncanakan pengembang.
·
Gagasan sering disajikan secara realistis dalam
konteks pengalaman pebelajar, berdasarkan apa yang sesuai untuk mereka, dan
dibawah kendali mereka.
·
Asas ilmu pengetahuan dari psikologi kognitif dan
kondtruktif diterapkan dalam pengembangan dan penggunaan pelajaran.
·
Bahan memperagakan kemampuan interaksi dari pihak
yang tinggi dari pihak pelajar.
·
Bahan menggabungkan kata dan gambar dari berbagai
sumber media.
SBT (Sistem Belajar Terpadu)
merupakan “sistem pengelolaan perangkat keras atau lunak yang rumit dan terpadu
dengan menggunakan pembelajaran berbasis komputer” (Barley, 1992. H.5). Sistem
ini dicirikan oleh pembelajaran yang:
1)
Berdasarkan pada sasaran
2)
Terpadu dalam kurikulum
3)
Disajikan melalui jaringan
4)
Memiliki komputer penjajak kinerja (Barley,1992)
SBT (Sistem Belajar Terpadu) dan SPKE
(Sistem Pendukung Kinerja Elektronik) adalah contoh kecendrungan ke arah
penggabungan kawasan pengembangan dengan kawasan lain seperti kawasan
perencanaan, pengelolaan, dan evaluasi.
3. Kawasan Penggunaan
Pada
kawasan ini, penggunaan bahan audio visual lebih dahulu ada dari perhatian yang
berkembanguntuk perancangan bersistem dan pembuatan media pembelajaran. Kawasan
penggunaan mulai dengan gerakan pendidikan dengan bahan visual yang berkembang
pada dekade pertama abad ini sewaktu meseum sekolah didirikan. Di antara
penelitian terdahulu tentang penggunaan media pada pendidikan adalah penelitian
Lashley dan Watson tentang penggunaan film pelatihan militer pada perang dunia
1 untuk pemirsa sipil. Fokusnya tentang penelitian McCluskey dan Hoban pada
tahun 1930-an juga terutama ditujukan pada pengaruh praktik penggunaan film
yang berbeda di kelas.
Pertumbuhan
teori tahun 1970-an dan 1980-an menghasilkan beberapa teks tentang pemilihan
media. Proses pemilihan media disajikan melalui model rancangan pembelajaran
karena proses tersebut bersistem (Reinold dan Aderson,1991). Pemilihan media
merupakan suatu tahapan di dalam perancangan sistem belajar, dan ketika guru
memilih media dalam penulisan SAP dia sedang melakukan fungsi perencanaan
pembelajaran bukan fungsi penggunaan.
Definisi
yang dikeluarkan AECT tahun 1977 mengaitkan penggunaan dan penyebaran ke dalam
satu fungsi yaitu penggunaan- penyebaran. Tujuan dari fungsi tersebut adalah
untuk untuk membuat pebelajaran dapat berhubungan dengan informasi tentang Teknologi
Pendidikan (AECT,1977,Hal. 66). Definisi 1994, tugas-tugas penyebarannya yang
berarti “dengan sengaja secara sistematis membuat orang lain sadar tentang
perkembangan dengan cara informasi” (Ellington dan Harris, 1986, hal. 51),
tergolong di dalam penyebaran inovasi subkategori kawasan penggunaan. Pengembangan
organisasi (PO) mendefinisikan sebagai “
suatu reaksi terhadap perubahan, suatu strategi pendidikan yang rumit yang
dimaksudkan untuk mengubah kepercayaan, sikap, nilai dan struktur organisasi sehingga
organisasi tersebut dapat beradaptasi secara baik dengan teknologi sehingga
organisasi tersebut dapat beradaptasi secara baik dengan teknologi baru,
pasar,tantangan dari kecepatan perubahan itu sendiri yang memusingkan”(Bennis,
1969,hal. 2). Dengan demikian, pengembangan organisasi itu meningkatkan
perubahan organisasi (Cuningham,1982).
Penggunaan
merupakan perbuatan menggunakan proses dan sumber daya untuk belajar.
Kawasan
Penggunanan terdiri atas:
1)
Penggunaan Media
Penggunaan media merupakan
penggunaan sumber daya secara sistematis untuk belajar. Proses penggunaan media
merupakan proses pembuatan keputusan yang didasarkan pada rincian rancangan
pembelajaran. Sebagai contoh bagaimana sebuah film harus digunakan dan ditindak
lanjuti harus disesuikan dengan jenis belajar yang dikehendaki.
2)
Difusi Inovasi
Difusi Inovasi merupakan proses
pengkomunikasian melalui strategi terencana agar inovasi tersebut agar
diterima. Tujuan akhirnya adalah untuk menimbulkan kesadaran melalui penyebaran
informasi.
3)
Pelaksanaan dan Pelembagaan
Implementasi (pelaksanaan) adalah
penggunaan materi atau strategi dalam lingkungan sesungguhnya. Pelembagaan
merupakan penggunaan inovasi pembelajaran yang dilakukan secara rutin dan
berkelanjutan dalam struktur dan kultur suatu organisasi.
4)
Kebijaksanaan dan Peraturan
Kebijakan dan peraturan adalah
aturan-aturan dan tindakan masyarakat yang berpengaruh terhadap penyebaran dan
penggunaan Teknologi Pembelajaran.
5)
Kecendrungan dan permasalahan
Kecendrungan dan permasalahan
dalam kawasan penggunaan sering berpusat pada kebijakan dan peraturan yang
mempengaruhi penggunaan, penyebaran, pelaksanaan dan pelembagaan.
4. Kawasan Pengelolaan
Kawasan pengelolaan semula
berasal dari pengelolaan pusat media, program media, dan layanan media.
Penggabungan perpustakaan dan program
media menimbulkan pusat media dan perpustakaan sekolah dan spesialisnya.
Program- program media sekolah itu menggabungkan bahan-bahan cetak dan non
cetak dan mengakibatkan penggunaan sumber belajar yang menggunakan teknologi
dalam kurikulum. Definisi yang dikeluarkan AECT tahun 1977 membagi fungsi
pengelolaan atas pengelolaan organisasi dan pengelolaan personalia sebagaimana
yang di praktekkan oleh pengelola program dan pusat media.
Kawasan
Pengelolaan terdiri atas:
1)
Pengelolaan Proyek
Pengelolaan proyek mencakup
perencanaan, pemonitoran,pengontrolan proyek perancangan dan pengembangan
pembelajaran.
2)
Pengelolaan Sumber Daya
Pengelolaan sumber daya mencakup
perencanaan, pemonitoran, dan pengontrolan sistem pendukung sumber daya dan
pelayanan.
3)
Pengelolaan Sistem Penyampaian
Pengelolaan sistem penyampaian
mencakup perencanaan, pemonitoran, dan pengontrolan “cara yang digunakan dalam
pengaturan penyampaian media pembelajaran yang merupakan penggabungna media dan
metode penggunaan yang dipakai untuk menyajikan informasi pembelajaran kepada
pebelajar” (Ellington dan Harris, 1986, hal 47)
4)
Pengelolaan Informasi
Pengelolaan informasi mencakup
perencanaan, pemonitoran, pengontrolan, penyimpanan, pengalihan, atau
pengolahan informasi untuk menyediakan sumber belajar.
5. Kawasan Pengevaluasi
Pengevaluasian
dalam arti yang luas berarti kegiatan yang lazim dilakukan oleh manusia. Tahun
1965 muncul bacaan tentang Undang-undang Pendidikan Dasar dan Menengah yang
mengamanatkan agar dilakukan penilaian kebutuhan dan evaluasi tentang jenis
suatu program.
The joint
Commite on Standard for Education Evaluation (1981) memberikan definisi untuk
masing-masing jenis evaluasi tersebut sebagai berikut:
·
Evaluasi program
Evaluasi
yang menilai kegiatan pendidikan yang memberikan pelayanan berkelanjutan dan
sering melibatkan penawaran kurikulum.
·
Evaluasi Proyek
Evaluasi
yang menilai kegiatan yang dibiayai untuk jangka waktu tertentu untuk
melaksanakan tugas tertentu.
·
Evaluasi Materi
Evaluasi
yang menilai manfaat atau nilai barang yang memuat materi pembelajaran.
Kawasan
Pengevaluasi terdiri atas:
1)
Analisis Masalah
Analisis masalah mencakup
penentuan sifat dan parameter masalah melalui pengumpulan informasi dan
pembuatan keputusan.
2)
Pengukuran Beracuan Patokan
Pengukuran beracuan patokan
mencakup teknik-teknik untuk menentukan penguasaan pebelajar tentang materi
yang telah ditetapkan sebelumnya.
3)
Evaluasi Formatif dan Sumatif
Evaluasi formatif mencakup
pengumpulan informasi secukupnya dan penggunaan informasi itu sebagai dasar
untuk pengembangan selanjutnya. Evaluasi Sumatif mencakup pengumpulan informasi
secukupnya dan penggunaan informasi tersebut untuk membuat keputusan tentang
penggunaan.
Perbedaan antara keduanya pertama
kali dibuat oleh Scriven (1967); Walaupun Canbre telah melakukan kegiatan
serupa pada akhir 1920-an dan 1930-an dalam pembuatan pembelajaran melalui film
dan radio (Cambre, dikutip dalam Flagg,1990)
Menurut
Michel Scriven (1967):
Evaluasi formatif dilakukan sewaktu
mengembangkan atau memperbaiki program atau produk (atau orang, dsb). Evaluasi
jenis ini merupakan evaluasi yang dilakukan untuk staff yang terlibat didalam
program dan biasanya dilakukan tetap dalam organisasi tetapi bisa dilakukan
oleh penilai dari dalam dan dari luar atau oleh gabungan kedua-duanya.
Perbedaan antara evaluasi formatif dan sumatid dapat disimpulkan dengan baik
dalam sebuah kalimat dari Bob Stake “ apabila seseorang tukang masak mencicipi
sup, itu adalah formatif, apabila tamu mencicipi sup , itu adalah simatif”
(hal.56) .
Evaluasi sumatif dilaksanakan
setelah selesai perlakuan dan untuk kebaikan orang luar atau pembuat keputusan
(misalnya agen pemberi dana, atau pengguna di masa datang), meskipun
dilaksanakan oleh penilai dari dalam maupun luar. Jangan dikacaukan dengan
evaluasi hasil yang semata-mata merupakan evaluasi yang terfokus pada hasil
ketimbang proses. Kalau evaluasi tentang hasil bisa berbentuk formatif ataupun
sumatif (h.130) .
Kecendrungan
dan permasalahan
. Penilaian kebutuhan dari jenis analisis awal-akhir yang lainnya lebih
berioritas pada aspek perilaku melalui penekanan yang diberikan pada data
pembuatan rincian isi menjadi bagian-bagian kecil.
Pada tahun 1993 artikel yang
ditulis oleh Hellebrandt dan Russel menyatakan bahwa:
Evaluasi Konfirmatif tentang
materi pembelajaran dan pebelajar menyempurnakan siklus langkah-langkah
evaluasi agar dapat menjaga standar perfoma sistem pembelajaran. Selang
beberapa waktu setelah evaluasi formatif dan sumatif, sebuah tim yang terdiri
dari beberapa orang penilai yang tidak biasa menggunakan alat seperti daftar
cek, interview, skala penilaian, dan tes untuk menjawab dua pertanyaan pokok
yaitu pertama , apakah materi masih
memenuhi tuntutan tujuan semula, kedua, apakah pebelajar telah mendapatkan
tingkatan penguasaan yang mereka inginkan?.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar